Monday, August 17, 2009

KEYAKINAN

Sang Pembesar Jiwa merangkul semua manusia — umat yang percaya ataupun yang tidak. Ia hadir bagaikan lingkaran cahaya yang merambah ke semua orang dan apa pun yang sudah, menggapai selalu lebih jauh untuk meraih semua yang akan datang.

Dan kamu hanya bisa berharap apa yang masih belum kamu wujudkan

Tanpa keyakinan, kamu bagaikan sehelai bulu dihembus oleh angin, berkelana tanpa tujuan.

Tapi kalau kepercayaanmu terperangkap dalam keyakinanmu, kamu bagaikan seekor burung tersangkar yang bisa merentangkan sayap namun tidak bisa terbang bebas.

Walau kamu bisa menikmati kenyamanan dalam keyakinanmu, jiwamu akan berhenti berkembang dalam kungkungan.

Keyakinanmu hendaknya tidak menahanmu, tidak juga memisahkan atau mencerai-beraikan.

Jangan bangun sebuah perlindungan keyakinan; tetapi biarkan ia menjadi sebuah jalur berkilau yang beratap melengkung menuju wujud tak terhingga dalam dirimu.

Kamu jauh lebih menakjubkan daripada apa yang kamu bayangkan, namun kamu hanya membuka diri sejauh realisasimu memungkinkannya.

Hendaknya kamu merakit perahu dari keyakinanmu untuk menavigasinya di lautan bergelombang kehidupan; aku menginginkanmu menyelam ke dalam pelosok tanpa dasar menyatu dengan jiwa aslimu.

Walau kamu menginginkanku seperti sebuah air mancur di mana kamu dapat mencelupkan cangkirmu saat dahaga, aku lebih memilih menjadi sebuah genangan air deras yang menenggelamkanmu, karena dalam ketidakberdayaan di situlah pembebasanmu.

Aku lebih suka menghapus semua keyakinanmu agar kamu bisa datang padaku dengan lebih banyak kepolosan dan lebih sedikit keyakinan.

Walau kamu mengukir kata-kataku di batu dan menyerukannya sebagai renungan kebenaran, aku menjelma batu menjadi kabut dan melumatkan semua yang terkristalisasi menjadi melodi murni.

Aku adalah tembang senantiasa di sekitarmu yang belum kamu dendangkan; lebih dekat padamu daripada napasmu.

Kamu boleh mencariku seantero dunia, namun aku hanya bisa ditemukan dalam dirimu.

Karena aku adalah hatimu yang tercerahkan dan pikiranmu yang tersibir.

[Hajjar Gibran dalam Kembalinya Sang Nabi]


Sumber : bangfad.com-puisi nusantara

0 comments: